Diskusi: Katakana Modern?
(Terima kasih untuk たま atas pertanyaannya dan izin untuk menjadikan diskusi kita sebagai tulisan di wadah digital daring ^^)
Tanda pada akhir judul mengungkapkan rasa penasaran terhadap perkembangan aksara Jepang. Dua kata di depan tanda mengkiaskan istilah yang belum ramah di daun telinga. Tentu hal tersebut mengundang pikiran untuk lebih terbuka dan memperkaya diri dengan mencari informasi baru.
Lantas apa yang menyebabkan dua kosakata tersebut muncul adalah sebuah pertanyaan pada kotak masuk yang terlihat di pandangan setelah selesai siaran langsung.
“Anjir, バカ船長* nge-DM. Jangan-jangan mau minta pajak siaran nih,” rangkaian kata yang sekilas melintas di kepala seirama dengan gerak kedua sisi bibir yang mengarah ke atas, bibir bawah menurun, memperlihatkan sederet enamel putih kekuningan. Memang banyak yang memasang foto profil dunia mayanya dengan karakter animasi Jepang, sehingga ada saat imajinasi meliar seolah berinteraksi dengan mereka.
*バカ船長 (ばかせんちょう): nahkoda bodoh, sebutan untuk Luffy dari karakter One Piece; sebuah animasi Jepang bertema bajak laut yang mana One Piece merupakan harta yang sangat dicari-cari oleh semua bajak laut.
“halo kak selamat malam, semogga besok kakak liat dm ku ya hehe, aku boleh tanya tanya sedikit ga tentang katakana modern? kalau boleh kakak bisa rep dm ini ya, terima kasih . .,” sebuah wacana yang membuat hati lega bahwa tidak akan ada pertumpahan darah dan tindakan perompakan. Namun rupanya バカ船長 yang punya alias たま ini bertujuan mencari manifestasi berbeda dari serpihan One Piece.
Meski mengetahui hiragana dan katakana dengan baik, namun istilah “katakana modern” itu tidak ada di kamus besar versi pribadi, namun ada di kamus besar dunia maya. Kata “modern” di sana ternyata merujuk pada modifikasi aksara Jepang terhadap bunyi yang tidak terdapat pada bahasa Jepang. Tidak banyak pengetahuan yang dimiliki, namun diri merasa tertantang untuk mencoba membantu.
“おつかれさまです!Terima kasih atas pesannya ^^ Boleh, semoga saya bisa membantu ya. Silakan pertanyaannya ya,” gerak jemari menyentuh layar alfabet, mengembalikan omongan たま.
“terimakasih banyak kak udah rep dm ku. sebelumnya aku belajar di salah satu channel youtube, nah dipertengahan quiz ada kalimat ( エヴィーウォ ) awalnya aku baca “EVIーWHO” karena setau aku ウォ ini kan dibaca nya wo/who, tapi di quiz tsb malah tertulis “EVIーULO” ada satu lagi, ini sama jugga cuman beda di huruf terakhir nya kak ( エヴァーオァ) dan romajinya “EVAーOLA””
“pertanyaan nya : Apa faktor / penyebab A, I, U, E, O, itu bisa berubah secara penulisan ( atau bisa jadi secara lisan) apa karena A, I, U, E, O, nya kecil? dan itu berlaku di beberapa kata aja atau gimana?” たま melanjutkan pertanyaannya.
“Terima kasih sudah cerita ya ^^ Ini menarik. Boleh saya tahu video YouTube yang mana itu? Sebelum saya coba bedah, saya ingin coba menontonnya agar kita punya persepsi yang sama”
“aku send link nya aja ya kak,” たま menyertai tautan pada akhir peryataan ini.
Kosakata serapan/asing akan menggunakan huruf katakana. Hal tersebut akan diadopsi oleh orang asing untuk menulis dan mengucapkan namanya. Dari 46 karakter katakana yang ada ditambah dengan modifikasi sesuai pengucapan orang Jepang, seperti tambahan simbol tenten ゛serta maru ゜ juga bunyi kecil YAゃャYUゅュYOょョ bahkan bunyi panjang ー, ternyata itu saja belum cukup untuk menampung luasnya perbedaan sistem penulisan dan pelafalan yang digunakan oleh 194 negara lainnya. Sehingga katakana modern muncul.
Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, katakana modern memodifikasi aksara Jepang terhadap bunyi yang tidak terdapat pada bahasa Jepang. Modifikasi tersebut menyesuaikan bagaimana bunyi pelafalan yang kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan.
Seperti pada bahasa Indonesia SEPERTI. Ketika diubah menjadi bahasa Jepang, maka pelafalannya (dalam bahasa Indonesia) tidak lagi SEPERTI /səpərti/, melainkan SUPURUTI. Bisa saja sama SEPERTI /sépérti/. Setelah itu, antara dua konsonan diselipkan vokal untuk menyesuaikan pelafalan orang Jepang. Vokal /u/ biasanya paling umum untuk ditambahkan. Salah satu cara memastikan vokal mana yang cocok itu, secara pribadi, adalah dengan mencoba pelan-pelan mengucapkan kata tersebut. Huruf-huruf seperti pada deret T yang tidak memiliki penyebutan /u/ pada bahasa Jepang (TA,CHI,TSU,TE,TO) cenderung menggunakan vokal /o/. Deret ini, yang juga muncul pada kata SEPER”TI”, tidak memiliki pelafalan TI melainkan CHI. Oleh karenanya, katakana modern mengambil alih peran CHI untuk menyesuaikan pelafalannya. Bunyi E pada aksara Jepang memiliki cara produksi yang sama dengan I. Sehingga katakana modern menyesuaikan bunyinya dengan menciptakan TEi ティ. Alhasil, perubahan wujud kata bahasa Indonesia SEPERTI akhirnya menjadi SUPURUTEi atau スプルティ (atau SEPERUTEi セペルティ).
Hal paling lumrah jika berbicara mengenai katakana modern dan kosakata asing adalah nama; identitas panggilan seseorang yang dianugerahkan ketika pertama kali membuka mata. Setiap negara di dunia ini membawa kebudayaannya masing-masing untuk menamai warganya sehingga unik. Nama orang Jepang berbeda dengan nama orang Indonesia, berbeda pula keduanya dengan nama orang barat. Sehingga orang-orang yang masuk ke Jepang akan mengikuti kebiasaan dan norma yang berlaku di sana. Salah satunya adalah dengan mengubah nama sesuai dengan cara orang Jepang.
“Bagaimana mungkin terdapat pelafalan ULO dan OLA pada huruf Jepang,” isi kepala bagai meriam yang perlu diisi amunisi agar bisa melontarkan kata-kata kepada たま. Sebagai orang yang awan, maka demi mencari amunisi tersebut empat lautan diarungi sembari memperhatikan inti permasalahan. Salah satunya adalah dengan menonton tautan yang diberikan.
Tautan tersebut merujuk pada sebuah video dengan 文字入力練習 (もじにゅうりょくれんしゅう)* tertulis pada salah satu bagian di judul. Judul tersebut sebenarnya terabaikan, karena fokusnya adalah mencoba mencari keabsahan informasi yang diterima dari たま sambil menyamakan sudut pandang.
Aksara katakana tertulis pada layar. Beberapa gabungan katakana memiliki pengisi suara penutur asli dengan nada yang sangat menjiwai setiap suku. Lalu kosakata yang dimaksud たま menampakkan sosoknya. Rangkaian katakana besar-kecil tidak beraturan menyerbu pada 2:49 hingga akhir video, membungkam para penutur asli tersebut, dan hanya menyisakan bunyi efek romaji.
Berikut adalah katakana besar-kecil tidak beraturan tak bermakna yang dimaksud.
エヴィーウォ
E.VIー.WHO
E.VIー.U.LO
アヴァおァー
A.VA.O.LAー
エゥー,ウィ.ォ
E.LUー,WI.LO
オーヴォイェーア
Oー.VO.YEー.A
Oー.VO.I.LEー.A
ウヴェィアーヴ
U.VE.LI.Aー.VU
Meski demikian, jika ditarik satu garis lurus maka video ini hanya menjalankan judulnya. Jika diartikan, maka 文字入力練習 (もじにゅうりょくれんしゅう)* berarti latihan input (memasukkan) huruf, yang mana huruf yang dimaksud adalah katakana. Terdapat juga hal pendukung seperti pada judul yang mengatakan “typing” yang berarti mengetik, juga bentuk romaji yang disajikan setelah hitungan waktu itu berada di dalam kotak putih (seperti pada papan ketik). Sehingga video tersebut pada dasarnya mengajarkan cara mengetik katakana menggunakan papan ketik romaji (huruf latin). Pernyataan tersebut juga terdapat pada deskripsi video yang menyatakan,”…typing quiz of Katakana letters (text input by using English keyboard)…” yang mana bahasa Indonesianya adalah: kuis mengetik karakter Katakana (input teks menggunakan keyboard bahasa Inggris (lebih tepatnya papan ketik romaji).
Kemudian pada awal video, terdapat juga kosakata イェーイ yang memiliki bunyi sesuai dengan pelafalan katakananya, meski penulisannya adalah ILE-I dan YE-I. Oleh karena itu, bisa disimpulkan bahwa penulisan tidak mempengaruhi cara baca dan pengucapan.
Beberapa hal mengenai rangkaian katakana yang disebut oleh たま sebagai contoh siap diontarkan.
“…Kata kuncinya ada yang di dalam kurung. Jadi ketika menulis エヴィーウォ dengan bahasa Inggris, alternatif yang diberikan itu ada dua; dengan mengetik:
1. E.V.I.ー.W.H.O
エヴィーウォ > saya coba ketik sesuai petunjuk nomor 1
2. E.V.I.ー.U.L.O
エヴィーウォ > saya coba ketik sesuai petunjuk nomor 2
Karena pelafalan WHO itu pada dasarnya sama seperti WO, ketika saya coba ketik demikian maka yang muncul adalah ヲ, bukan karakter ウォ seperti yang diinginkan. Hal yang sama juga berlaku pada エヴァーオァ kok ^^
Bagaimana dengan pelafalannya? Ikuti sesuai dengan apa yang tertulis pada katakananya ya, bukan yang diketik/tertulis pakai romaji
Yang disayangkan sih dari video tersebut, ya, ketika huruf random (acak) muncul itu tidak ada suara yang keluar.
Seperti karakter エゥーウィィオ yang ditulis ELUーWILO (sekali lagi, ini cara mengetik karakter tersebut dengan keyboard romaji ya) yang mana pengucapannya itu EUーWYO (pertanyaannya, apakah orang Jepang bisa melafalkan kata tersebut?)”…”
Kesalapahaman terluruskan. Namun たま masih menyisakan satu ambisi untuk didukung. Jempol tangan kanan bergerak naik-turun sambil menyentuh layar ponsel, bekerja sama dengan pandangan yang sedang fokus pada satu titik masalah. Ah, ditemukan. Pengetahuan yang dimiliki ini bisa mendukung ambisi たま! Amunisi terakhir siap digunakan.
“…Untuk pertanyaannya たまsan, mengenai faktor yang mempengaruhi, menurut saya itu berdasarkan pelafalan dari penutur aslinya itu sendiri. Kurang lebih mirip bahasa Mandarin yang hurufnya sama tapi jika intonasinya berubah maka bisa jadi arti/maknanya juga bergeser.
Jika saya lihat seperti karakter エゥ pada エゥーウィィオ
Saya tidak tau itu kata dari bahasa mana (tidak ketemu di Google), namun yang saya pikiran ketika melihat huruf tersebut adalah,”ngapain repot-repot nulis エゥ kalau di bahasa Jepang ada ユ.”
Sampai akhirnya sampai akhirnya saya ingat punya teman yang nama depannya EUGENIUS, yang mana EU nya itu bisa dibaca YU. Mungkin dari sanalah エゥ ini muncul sebagai alternatif.
Alasan alternatif ini muncul juga karena ketidakonsistenan bahasa Jepang dalam menyerap dan menetapkan kosakata asing. Contohnya sih VIRUS. Kebetulan covid kemarin itu, kosakata ini sangat banyak keluar di Jepang. Namun pengucapannya bisa ウイルス, ウィルス, ビールス, ヴィールス, バイラス, ヴァイラス, mungkin ada lagi? Sejauh ini 6 kosakata untuk virus dalam Katakana ditemukan pada Japanese Dictionary Takoboto …”
Pernyataan terakhir mengenai VIRUS yang sangat sering terlihat pada peringatan tertulis dan terucap ketika berada di Jepang kemarin benar-benar sangat membantu menjawab ambisi たま.
“…wah terimakasih banyak kak, sudah bantu jawab dan menjelaskan secara detail, aku udah ngerti poin nya…,” afirmasi dan ucapan terima kasih dari たま memberi reaksi pada 17 otot muka, menutup rasa khawatir akan ketidakmampuan diri.
“Terima kasih atas kesempatannya untuk berkembang,” rasa syukur masih memberi ruang untuk tumbuh diungkapkan kepada diri.
Dari sini, bisa ditarik kesimpulan bahwa katakana modern sangat tergantung pada sebuah kata yang akan dialihbahasakan ke bahasa Jepang. Tidak hanya bergantung pada bahasa Inggris saja, namun setiap bahasa asing bagi Jepang. Hasil alih bahasa Jepang tersebut diwujudkan dalam bentuk katakana yang kemudian mencoba menyesuaikan dengan pelafalannya dalam bahasa asing agar mendekati bunyi dalam penuturan aslinya. Meski demikian, inkonsistensi terhadap penyerapan itu juga kadang terjadi (seperti pada VIRUS) sehingga akan lebih baik jika Jepang memiliki dasar untuk memastikan bahwa kata tersebut memang demikian adanya dalam bahasa dan penuturan aslinya. Untuk nama sendiri, karena bersifat personal maka itu dikembalikan oleh pemilik nama seperti apa nama tersebut ingin digunakan dan dikenal dalam bahasa Jepang.
Apakah nama kalian juga berisi katakana modern?